Bagi banyak umat Kristen, Trinitas adalah fondasi keimanan yang tidak bisa diganggu gugat. Konsep ini menyatakan bahwa Tuhan adalah satu tetapi terdiri dari tiga pribadi: Bapa, Anak (Yesus), dan Roh Kudus. Namun, pertanyaan yang sering muncul adalah: Apakah doktrin ini benar-benar diajarkan dalam Alkitab, ataukah hanya hasil kesepakatan politik yang berkembang dalam sejarah Gereja?
Jika kita menelusuri Alkitab, tidak ada satu ayat pun yang secara eksplisit menyebutkan kata “Trinitas.” Bahkan, Yesus sendiri tidak pernah mengajarkan secara langsung bahwa Tuhan terdiri dari tiga pribadi dalam satu kesatuan. Lalu, dari mana asal mula doktrin ini? Mengapa ia menjadi ajaran utama dalam Kekristenan?
Trinitas dalam Alkitab: Bukti atau Interpretasi?
Sebagai kitab suci umat Kristen, Alkitab menjadi rujukan utama untuk memahami konsep ketuhanan. Namun, jika kita membaca Perjanjian Lama, konsep Trinitas tidak ditemukan. Sebaliknya, ajaran yang ditekankan adalah tauhid, yaitu keesaan Tuhan.
Dalam Ulangan 6:4, misalnya, disebutkan:
“Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!” (Bible Gateway)
Yesus sendiri, dalam Injil Markus 12:29, mengutip ayat ini dan menegaskan kembali bahwa Tuhan itu satu. Jika benar Yesus adalah bagian dari Trinitas, mengapa ia tidak pernah menyebutkan hal itu secara eksplisit?
Beberapa ayat dalam Perjanjian Baru sering dikutip sebagai dasar Trinitas, seperti Matius 28:19 yang berbunyi:
“Baptislah mereka dalam nama Bapa, dan Anak, dan Roh Kudus.”
Ayat ini memang menyebut tiga nama, tetapi tidak menjelaskan bahwa ketiganya adalah satu esensi Tuhan. Sebaliknya, ada banyak ayat lain yang justru menunjukkan bahwa Yesus tunduk kepada Tuhan, bukan sejajar dengan-Nya. Dalam Yohanes 17:3, Yesus berdoa:
“Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus.”
Jika Yesus adalah Tuhan, mengapa ia menyebut Bapa sebagai satu-satunya Allah yang benar?
Dari Perdebatan Teologi ke Keputusan Politik
Jika konsep Trinitas tidak secara eksplisit diajarkan dalam Alkitab, bagaimana bisa menjadi doktrin utama dalam Kekristenan? Jawabannya ada dalam sejarah Gereja.
Pada abad ke-4 Masehi, Kekaisaran Romawi menghadapi perpecahan di kalangan umat Kristen. Perdebatan terbesar terjadi antara dua kelompok utama:
- Kelompok Arianisme, yang dipimpin oleh Arius, seorang teolog dari Aleksandria. Ia mengajarkan bahwa Yesus bukan Tuhan, melainkan ciptaan Allah yang paling mulia.
- Kelompok Trinitarianisme, yang dipimpin oleh Athanasius. Ia meyakini bahwa Yesus memiliki esensi yang sama dengan Tuhan Bapa dan Roh Kudus.
Perdebatan ini mencapai puncaknya dalam Konsili Nicea tahun 325 M, yang diselenggarakan oleh Kaisar Romawi Konstantinus. Sang kaisar tidak terlalu peduli dengan perbedaan teologi, tetapi lebih mementingkan persatuan politik dalam kekaisarannya.
Dalam konsili ini, pandangan Athanasius yang mendukung Trinitas akhirnya disahkan, sementara ajaran Arius dianggap sesat. Dari sinilah lahir Kredo Nicea, yang menjadi dasar doktrin Trinitas dalam Kekristenan hingga saat ini.
Trinitas: Ajaran Yesus atau Rekayasa Gereja?
Keputusan dalam Konsili Nicea menunjukkan bahwa Trinitas lebih merupakan hasil kesepakatan politik daripada wahyu langsung dalam Alkitab. Jika Yesus benar-benar mengajarkan Trinitas, seharusnya tidak perlu ada perdebatan berabad-abad di antara para teolog Kristen.
Fakta bahwa doktrin ini baru dikukuhkan lebih dari 300 tahun setelah Yesus pergi menunjukkan bahwa Trinitas bukanlah ajaran asli Yesus, melainkan dogma yang dibentuk oleh Gereja demi kepentingan tertentu.
Islam, sebagai agama yang juga menghormati Yesus sebagai nabi, menolak doktrin Trinitas dengan tegas. Dalam QS. Al-Ma’idah: 73, Allah berfirman:
“Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang berkata: ‘Sesungguhnya Allah adalah salah satu dari yang tiga’, padahal tidak ada Tuhan selain Tuhan Yang Maha Esa.” (Quran.com)
Ayat ini menunjukkan bahwa konsep Trinitas dianggap sebagai penyimpangan dari ajaran tauhid yang sebenarnya.
Apakah Trinitas Benar-Benar dari Tuhan?
Setelah melihat bukti dari Alkitab, sejarah Gereja, dan perspektif Islam, kita dapat menyimpulkan bahwa Trinitas bukanlah ajaran yang secara eksplisit diajarkan oleh Yesus. Sebaliknya, konsep ini berkembang dalam teologi gereja dan dikukuhkan melalui keputusan politik dalam Konsili Nicea.
Jadi, pertanyaannya tetap terbuka: Jika Yesus sendiri tidak pernah mengajarkan Trinitas, apakah kita harus menerimanya sebagai kebenaran mutlak? Jawaban atas pertanyaan ini bergantung pada bagaimana seseorang memahami otoritas Gereja dibandingkan dengan ajaran asli Yesus.