Konsep Trinitas adalah doktrin utama dalam ajaran Kekristenan yang menyatakan bahwa Tuhan adalah satu, tetapi terdiri dari tiga pribadi: Bapa, Anak (Yesus), dan Roh Kudus. Doktrin ini menjadi pembeda utama antara Kristen dan keyakinan monoteistik lain seperti Islam dan Yudaisme. Namun, muncul pertanyaan mendasar: Apakah doktrin Trinitas benar-benar ada di dalam Alkitab, atau merupakan hasil rekonstruksi teologi yang berkembang kemudian?
Sebagian besar umat Kristen percaya bahwa Trinitas adalah ajaran yang berasal langsung dari Yesus. Tetapi di sisi lain, Islam menolak gagasan ini dan menegaskan bahwa Allah adalah satu, tanpa sekutu atau pembagian. Al-Qur’an dengan jelas menyatakan:
“Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang berkata: ‘Sesungguhnya Allah adalah salah satu dari yang tiga’ padahal tidak ada Tuhan selain Tuhan Yang Maha Esa.” (QS. Al-Ma’idah: 73)
Lalu, bagaimana sejarahnya? Apakah Alkitab benar-benar mengajarkan Trinitas, atau konsep ini muncul belakangan?
Trinitas dalam Alkitab: Bukti atau Interpretasi?
Jika kita menelusuri Bible Gateway, tidak ada satu pun ayat dalam Alkitab yang secara eksplisit menyebut kata “Trinitas.” Namun, ada beberapa ayat yang sering digunakan sebagai dasar ajaran ini. Salah satunya adalah dalam Injil Matius 28:19, di mana Yesus berkata:
“Pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku, dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus.” (Matius 28:19, Bible Gateway)
Ayat ini sering dikutip sebagai bukti bahwa Tuhan terdiri dari tiga pribadi. Namun, apakah ini berarti ketiganya memiliki esensi yang sama sebagai satu Tuhan? Beberapa teolog Kristen berpendapat bahwa ayat ini tidak serta-merta membuktikan Trinitas, tetapi lebih kepada cara penyebutan tiga aspek dalam peran spiritual.
Di sisi lain, dalam Injil Yohanes 17:3, Yesus sendiri berkata:
“Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus.” (Yohanes 17:3, Bible Gateway)
Ayat ini menunjukkan bahwa Yesus sendiri mengakui bahwa hanya ada satu Tuhan yang benar, yaitu Bapa, dan bahwa dirinya hanyalah utusan. Jika Yesus adalah bagian dari Tuhan, mengapa dia menyebut Bapa sebagai satu-satunya Tuhan?
Sejarah Awal Trinitas: Dari Yesus hingga Konsili Nicea
Jika doktrin Trinitas tidak disebutkan secara eksplisit dalam Alkitab, lalu kapan konsep ini mulai berkembang? Sejarah mencatat bahwa setelah Yesus, ajaran Kristen mengalami berbagai perdebatan teologis. Selama tiga abad pertama, ada berbagai pandangan mengenai siapa sebenarnya Yesus.
Pada tahun 325 M, Konsili Nicea diadakan oleh Kaisar Romawi Konstantinus untuk menyelesaikan perbedaan doktrin. Salah satu perdebatan utama adalah antara dua kelompok besar:
- Arianisme, yang diajarkan oleh Arius, mengatakan bahwa Yesus bukan Tuhan, melainkan ciptaan Allah yang paling mulia.
- Trinitarianisme, yang diajarkan oleh Athanasius, mengatakan bahwa Yesus adalah Tuhan yang setara dengan Bapa dan Roh Kudus.
Dalam konsili tersebut, pandangan Athanasius menang dan konsep Trinitas mulai dikukuhkan sebagai doktrin resmi Gereja. Inilah awal mula doktrin yang kini dianut oleh mayoritas gereja Kristen.
Namun, menarik untuk dicatat bahwa meskipun doktrin ini disahkan secara resmi dalam Konsili Nicea, perdebatan tentangnya masih terus berlanjut selama berabad-abad.
Pandangan Islam terhadap Trinitas
Islam dengan tegas menolak konsep Trinitas dan menegaskan bahwa Yesus hanyalah seorang nabi, bukan Tuhan atau anak Tuhan. Dalam Al-Qur’an, terdapat ayat yang langsung menyanggah klaim ini:
“Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: ‘Wahai Isa putra Maryam! Adakah engkau mengatakan kepada manusia: Jadikanlah aku dan ibuku dua Tuhan selain Allah?’ Isa menjawab: ‘Mahasuci Engkau! Tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku. Jika aku pernah mengatakannya, tentu Engkau telah mengetahuinya. Engkau mengetahui apa yang ada dalam diriku, sedangkan aku tidak mengetahui apa yang ada dalam diri-Mu. Sesungguhnya Engkau-lah Yang Maha Mengetahui segala yang gaib.'” (QS. Al-Ma’idah: 116, Quran.com)
Ayat ini menunjukkan bahwa Yesus (Isa dalam Islam) tidak pernah mengajarkan bahwa dirinya adalah Tuhan, apalagi menjadi bagian dari Trinitas. Islam menegaskan bahwa Allah adalah satu, Esa, tidak beranak dan tidak diperanakkan, sebagaimana dinyatakan dalam QS. Al-Ikhlas: 1-4:
“Katakanlah (Muhammad), Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah tempat meminta segala sesuatu. (Allah) tidak beranak dan tidak diperanakkan. Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan-Nya.”
Dalam Islam, ketuhanan Yesus dianggap sebagai penyimpangan dari ajaran asli yang dibawa para nabi sebelumnya. Yesus dipandang sebagai hamba dan utusan Allah, bukan Tuhan atau anak Tuhan.
Apakah Yesus Pernah Mengklaim Diri sebagai Tuhan?
Jika melihat Alkitab, tidak ada satu pun ayat di mana Yesus secara eksplisit mengatakan, “Aku adalah Tuhan, sembahlah Aku.” Sebaliknya, Yesus sering menegaskan bahwa dia diutus oleh Tuhan dan tunduk kepada-Nya.
Misalnya, dalam Injil Markus 12:29, Yesus mengutip perintah utama dari Taurat:
“Dengarlah, hai orang Israel! Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa.” (Markus 12:29, Bible Gateway)
Ayat ini sejalan dengan ajaran tauhid dalam Islam bahwa Tuhan adalah satu, bukan tiga dalam satu. Bahkan dalam Injil Yohanes 14:28, Yesus berkata:
“Bapa lebih besar daripada Aku.”
Jika Yesus adalah bagian dari Tuhan yang sejajar dalam Trinitas, mengapa dia mengatakan bahwa Bapa lebih besar darinya?
Trinitas, Ajaran Yesus atau Buatan Gereja?
Dari sudut pandang Alkitab maupun sejarah, tampak jelas bahwa doktrin Trinitas bukanlah ajaran eksplisit Yesus, melainkan konsep yang berkembang dalam teologi Gereja setelahnya. Tidak ada satu ayat pun dalam Alkitab yang secara langsung menyatakan bahwa Tuhan adalah tiga pribadi dalam satu esensi.
Sejarah mencatat bahwa Trinitas mulai dikukuhkan sebagai doktrin resmi melalui Konsili Nicea pada abad ke-4, bukan sejak zaman Yesus. Sementara dalam Islam, konsep Trinitas ditolak dengan tegas dan dipandang sebagai penyimpangan dari ajaran monoteisme sejati yang dibawa oleh semua nabi, termasuk Yesus sendiri.
Lalu, pertanyaan besar pun muncul: Jika Yesus sendiri tidak pernah mengajarkan Trinitas, mengapa konsep ini begitu dominan dalam teologi Kristen modern? Jawaban atas pertanyaan ini mungkin terletak pada perkembangan sejarah Gereja dan pengaruh politik yang membentuk ajaran-ajaran yang dianut hingga saat ini.