Bulan Ramadhan adalah bulan penuh keberkahan. Setiap harinya menyimpan keutamaan yang luar biasa bagi orang-orang yang berpuasa. Dalam Fadhâil Al-Asyhur Ats-Tsalâtsah karya Syekh Muhammad bin Ali Al-Qumi, disebutkan bahwa hikmah puasa Ramadhan hari kedelapan akan mendapatkan pahala yang setara dengan karunia yang diberikan kepada Nabi Ibrahim AS.
Janji ini tentu mengundang pertanyaan: mengapa puasa di hari kedelapan memiliki kaitan dengan Nabi Ibrahim AS? Apa makna di baliknya? Jika kita telaah lebih dalam, Nabi Ibrahim AS adalah salah satu nabi yang kisah hidupnya sarat dengan keteguhan iman, keikhlasan, dan pengorbanan. Hal-hal ini pula yang menjadi inti dari ibadah puasa.
Keikhlasan dan Ketundukan: Karakter Nabi Ibrahim dalam Puasa
Nabi Ibrahim AS dikenal sebagai Khalilullah, kekasih Allah. Julukan ini bukan tanpa alasan. Hidupnya dipenuhi ujian berat yang menguji keikhlasan dan kepatuhannya kepada Allah SWT. Salah satu ujian terbesar yang kita kenal adalah ketika beliau diperintahkan untuk menyembelih putranya, Ismail AS. Dengan penuh ketundukan, ia menjalankan perintah tersebut tanpa ragu, hingga Allah menggantikannya dengan seekor domba.
Sikap ini mirip dengan esensi puasa. Ketika seseorang berpuasa, ia juga sedang menjalani ujian. Ia harus menahan lapar, haus, dan hawa nafsu semata-mata karena perintah Allah. Tidak ada yang memaksanya, tidak ada yang bisa mengawasinya setiap saat, tetapi ia tetap menjalankannya dengan penuh keikhlasan.
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:
وَإِذِ ٱبْتَلَىٰٓ إِبْرَٰهِيمَ رَبُّهُۥ بِكَلِمَٰتٍۢ فَأَتَمَّهُنَّ ۖ قَالَ إِنِّى جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ إِمَامًۭا ۖ
“Dan (ingatlah) ketika Ibrahim diuji oleh Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim melaksanakannya dengan sempurna. Allah berfirman: ‘Sesungguhnya Aku menjadikan engkau imam bagi seluruh manusia’.” (QS. Al-Baqarah: 124)
Kesabaran dalam Ujian: Esensi Puasa dan Teladan Nabi Ibrahim
Salah satu hal yang paling menonjol dalam kisah Nabi Ibrahim AS adalah kesabarannya dalam menghadapi ujian. Dari kecil hingga dewasa, ia selalu diuji dengan hal-hal yang menguji keimanannya. Dibuang oleh kaumnya, dibakar hidup-hidup oleh Raja Namrud, diperintahkan hijrah ke negeri yang jauh, hingga harus mengorbankan anaknya sendiri.
Namun, kesabaran inilah yang akhirnya mengangkat derajatnya di sisi Allah SWT. Ia tidak pernah goyah atau mengeluh. Ia tahu bahwa setiap ujian pasti memiliki hikmah besar di baliknya.
Hal yang sama berlaku dalam puasa. Tidak sedikit orang yang mengeluh karena rasa lapar dan haus. Namun, mereka yang bersabar dan tetap menjalankan puasa dengan penuh keikhlasan akan mendapatkan pahala yang berlipat ganda. Dalam sebuah hadis qudsi, Allah SWT berfirman:
كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلَّا الصِّيَامَ، فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ
“Setiap amal anak Adam adalah untuknya, kecuali puasa. Sesungguhnya puasa itu untuk-Ku, dan Aku sendiri yang akan membalasnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Kepercayaan Penuh kepada Allah: Fondasi Keimanan dalam Puasa
Nabi Ibrahim AS tidak pernah meragukan perintah Allah, bahkan ketika perintah tersebut tampak berat bagi akal manusia. Ketika diperintahkan meninggalkan istrinya, Hajar, dan putranya yang masih bayi, Ismail, di padang pasir tandus, ia tidak membantah. Ia yakin Allah tidak akan menyia-nyiakan keluarganya.
Dalam ibadah puasa, kita juga diajarkan untuk memiliki keyakinan penuh kepada Allah. Saat seseorang meninggalkan makanan dan minuman dari subuh hingga maghrib, ia yakin bahwa Allah telah menyiapkan rezeki yang jauh lebih baik baginya. Ia percaya bahwa dengan menahan diri dari hal-hal yang halal untuk sementara waktu, ia akan mendapatkan keberkahan yang lebih besar.
Allah SWT berfirman:
وَمَن يَتَّقِ ٱللَّهَ يَجْعَل لَّهُۥ مَخْرَجًۭا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ ۚ
“Dan barang siapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberinya jalan keluar dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya.” (QS. At-Talaq: 2-3)
Meneladani Nabi Ibrahim Melalui Puasa Ramadhan
Apa yang bisa kita pelajari dari kisah Nabi Ibrahim AS dan mengapa puasa di hari kedelapan dikaitkan dengannya?
Pertama, puasa mengajarkan kita untuk ikhlas, sebagaimana Nabi Ibrahim AS ikhlas menjalankan perintah Allah. Kedua, puasa mengajarkan kita kesabaran, sebagaimana Nabi Ibrahim AS bersabar menghadapi berbagai ujian. Ketiga, puasa mengajarkan kita untuk percaya penuh kepada Allah, sebagaimana Nabi Ibrahim AS tidak pernah meragukan janji-Nya.
Cara Memaksimalkan Keutamaan Puasa di Hari Kedelapan
Untuk mendapatkan pahala yang setara dengan karunia yang diberikan kepada Nabi Ibrahim AS, ada beberapa hal yang bisa dilakukan:
- Memperbanyak doa dan dzikir, terutama di waktu sahur dan menjelang berbuka.
- Membaca Al-Qur’an, karena Ramadhan adalah bulan diturunkannya wahyu.
- Menjaga lisan dan hati dari hal-hal yang sia-sia, sebagaimana Nabi Ibrahim AS selalu menjaga keimanannya.
- Bersedekah, karena berbagi kepada sesama merupakan amalan yang sangat dianjurkan di bulan ini.
Dengan melakukan amalan-amalan ini, kita bisa lebih dekat dengan Allah dan mendapatkan keberkahan yang luar biasa.
Puasa di hari kedelapan Ramadhan bukan sekadar menahan lapar dan haus. Berdasarkan Fadhâil Al-Asyhur Ats-Tsalâtsah karya Syekh Muhammad bin Ali Al-Qumi, orang yang menjalankan puasa pada hari ini akan mendapatkan pahala yang setara dengan karunia yang diberikan kepada Nabi Ibrahim AS.
Nabi Ibrahim AS adalah simbol keikhlasan, kesabaran, dan kepercayaan penuh kepada Allah. Ketiga hal ini juga merupakan inti dari ibadah puasa. Dengan memahami dan meneladani kisah Nabi Ibrahim AS, kita bisa menjalani ibadah puasa dengan lebih baik dan mendapatkan pahala yang luar biasa.
Demikian artikel tentang Hikmah Puasa Ramadhan Hari Kedelapan. Semoga Allah menerima amal ibadah kita dan menjadikan kita termasuk dalam golongan hamba-Nya yang beriman dan bertakwa. Aamiin.